Program Skrinning Hipotiroid biasanya dilakukan pada bayi baru lahir (neonatus), untuk mengidentifikasi gangguan fungsi tiroid seperti hipotiroid kongenital. Skrining hipotiroid adalah pemeriksaan dini untuk mendeteksi gangguan fungsi kelenjar tiroid, khususnya pada bayi baru lahir. Hipotiroid kongenital (kekurangan hormon tiroid sejak lahir) jika tidak ditangani dapat menyebabkan keterbelakangan mental dan gangguan pertumbuhan.
Tujuan Program Skrining Hipotiroid
- Deteksi Dini: Mengidentifikasi bayi dengan hipotiroid kongenital sebelum muncul gejala klinis.
- Intervensi Cepat: Memberikan pengobatan hormonal (levothyroxine) untuk mencegah komplikasi.
- Pencegahan Jangka Panjang: Memastikan pertumbuhan dan perkembangan bayi berlangsung normal.
- Pengumpulan Data: Membantu pemerintah dan tenaga kesehatan memahami epidemiologi hipotiroid kongenital untuk perencanaan kesehatan.
Sasaran Program Skrining Hipotiroid
- Universal Screening: Semua bayi baru lahir, terutama pada hari ke-2 hingga ke-7 kehidupan.
- Target Khusus:
- Bayi lahir prematur.
- Bayi dengan berat lahir rendah (<2.500 gram).
- Bayi dari ibu dengan riwayat penyakit tiroid.
Mengapa Dilakukan Program Skrining Hipotiroid harus pada Waktu Tersebut?
- Setelah 48 Jam:
- Pada bayi baru lahir, kadar hormon tiroid (TSH) secara alami meningkat selama 24-48 jam pertama sebagai respons terhadap proses kelahiran.
- Pengambilan sampel setelah 48 jam menghindari hasil positif palsu akibat lonjakan fisiologis TSH.
- Batas Maksimal 7 Hari:
- Deteksi dini sangat penting untuk mencegah dampak permanen seperti keterbelakangan mental.
- Jika diagnosis dan pengobatan dimulai sebelum bayi berusia 2 minggu, risiko komplikasi dapat diminimalkan secara signifikan.
Apa yang Terjadi Jika Terlambat?
- Jika skrining dilakukan setelah bayi berusia lebih dari 7 hari, ada risiko keterlambatan diagnosis, yang dapat memengaruhi hasil pengobatan dan menyebabkan gangguan tumbuh kembang.
Tahapan Pelaksanaan Program Skrining
1. Edukasi dan Sosialisasi
- Edukasi Ibu dan Keluarga:
- Memberikan informasi kepada ibu hamil atau keluarga tentang pentingnya skrining hipotiroid.
- Pelatihan Tenaga Kesehatan:
- Petugas kesehatan dilatih untuk melakukan pengambilan sampel dan interpretasi hasil.
2. Pengambilan Sampel
- Dilakukan pada bayi usia 48 jam hingga 7 hari setelah lahir.
- Metode:
- Heel Prick Test (Darah Tumit):
- Sampel darah diambil dari tumit bayi.
- Darah diteteskan ke kertas saring khusus untuk dikirim ke laboratorium.
3. Analisis Laboratorium
- Pemeriksaan kadar:
- TSH (Thyroid-Stimulating Hormone):
- Jika tinggi, mengindikasikan kemungkinan hipotiroid.
- T4 (Thyroxine):
- Jika rendah, mendukung diagnosis hipotiroid.
4. Interpretasi Hasil
- Normal: Tidak ada tindak lanjut.
- Abnormal: Dilakukan pemeriksaan konfirmasi seperti TSH serum, T4 bebas, atau ultrasonografi tiroid.
5. Pengobatan dan Tindak Lanjut
- Bayi dengan hipotiroid kongenital diberikan terapi hormon tiroid (levothyroxine) secepat mungkin, idealnya sebelum usia 2 minggu.
- Pengawasan dilakukan melalui kontrol berkala untuk menyesuaikan dosis obat.
Regulasi dan Implementasi di Indonesia
Di Indonesia, skrining hipotiroid termasuk dalam Skrining Bayi Baru Lahir (SBBL) yang dikelola oleh Kementerian Kesehatan. Program ini bertujuan untuk mendeteksi penyakit metabolik, termasuk hipotiroid kongenital, pada neonatus.
Peraturan yang mendukung:
- Permenkes No. 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak.
- Pelaksanaan dilakukan di berbagai fasilitas kesehatan, terutama rumah sakit dan puskesmas yang telah memiliki fasilitas skrining.
SALAM SEHAT dan TETAP MENJAGA PROTOKOL KESEHATAN.
<<< tokobos.id – Januari 2024>>>
Note : Detail Spesifikasi dan harga kertas untuk melaksanakan Program Skrinning Hipotiroid, mohon untuk dikonfirmasikan ke sales kami (CALL/ WA).
E-comers :
Other Link SHK as follows :
Kertas SHK
Kertas SHK Kit
Kit Skrining Bayi
Komentar dinonaktifkan: Program Skrinning Hipotiroid
Maaf, form komentar dinonaktifkan.